Social Icons

Sabtu, 22 Oktober 2016

Gerakan 1 Milyar Sholawat Nariyah di Hari Santri Nasional


       Sholawat Nariyah adalah salah satu sholawat yang memiliki faedah atau keutamaan tersendiri. Selain itu, membaca shoalawat nariyah juga bukti kita cinta kepada Nabi dan Allah swt. Shoawat Nariyah ini juga sebagai pembuka pintu rezeki buat kita.  Sholawat nariyah berhasil dibaca oleh kader IPNU IPPNU Tegalsambi jumat malam kemarin ( 21/10 ).
     Pembacaan 1 Milyar Shalawat Nariyah Sesuai intruksi dari Pengurus Besar Nahdatul Ulama setiap Banom Nahdlatul Ulama ditargetkan 1 paket sholawat nariyah yang berisi 4.444 sholawat pada waktu ba’da isya guna mensukseskan 1 miliyar sholawat se-indonesia dalam rangka Hari Santri Nasional . 
    Dalam sambutannya Ketua PR. IPNU Tegalsambi, Arif mengisahkan peran santri dan ulama NU untuk mengerahkan para santri turut dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peringatan Hari santri ini sendiri tidak lepas dari resolusi jihad NU pada 22 Oktober 1945. Dimana peran santri untuk turut berjuang tak lepas dari keyakinan bahwa NKRI yang baru diproklamasikan di tanggal 17 Agustus adalah negara yang syah yang wajib dipertahankan oleh seluruh warga Negara. 
    Selanjutnya saat Belanda ingin kembali menduduki Indonesia dengan menumpangi NICA, jalan diplomatic mengalami kebuntuan. Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus memobilisasi rakyat. Atas dasar inilah KH. Hasyim Asyari mengumpulkan pengurus dan Ulama NU di daerah-daerah. Resolusi jihadpun dikumandangkan dan semua rakyat akhirnya turut membantu. Ia juga menegaskan bahwa harus diakui kemerdekaan yang diraih bangsa ini tidak terlepas dari peran santri dan para Ulama. Untuk itulah diharapkan adanya peringatan Hari Santri Nasional ini kader NUdapat meneladani dan meneruskan perjuangan Ulama dan Santri terdahulu.

Kamis, 13 Oktober 2016

Nahdliyin Jangan Mudah Terombang Ambing

Jepara - Nahdlatul Ulama (NU) dinilai sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan yang mengakar dan kuat di masyarakat, melalui ciri khas kultur di berbagai bidang. Namun, ada kekurangan yang mesti menjadi evaluasi, yaitu warga NU terkadang, dalam beberapa hal, masih mudah terombang-ambing.
Hal itu dikemukakan KH Dr M Arja Imroni saat menjadi penceramah dalam pengajian memeringati haul ke-1 KH Mochammad Djawahir Fadhil di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Jepara. Hadir pula dalam pengajian tersebut Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh.
Arja Imroni mengatakan hal itu mengutip pandangan pengamat NU dari Australia National University (ANU) Greg Fealy. Selama dua pekan sebelum berceramah di pengajian itu, Arja memang baru studi banding ke beberapa perguruan tinggi di Australia, salah satunya di ANU dan Greg Fealy memaparkan hal itu. “Kata Greg, NU adalah organisasi yang luar biasa. Sayangnya terkadang warganya mudah terombang-ambing oleh arus kecil. Ini tidak boleh. NU mesti kuat, jamaah maupun jamiyah (organisasi-Red)nya,” kata Arja.
Dosen Universitas Islam (UIN) Walisongo yang juga sekretaris Tanfidziyah PWNU Jateng itu mengatakan, jamaah NU yang mudah terombang ambing itu ada dalam posisi tetap amat mencintai NU, namun kurang memahami betul NU. “Ibaratnya NU ini kolamnya besar. Isinya beragam jenis ikan, ukuran besar mapun kecil. Lalu muncul kelompok tertentu yang membikin kolam-kolam kecil disekitarnya, dan dengan beragam cara berusaha mengambil ikan dari kolam besar milik NU itu. Ini  yang nahdiyin harus waspada,” ungkap Arja Imroni.
Ia mengingatkan agar NU dan warganya tidak mudah terbawa-bawa kepentingan duniawi yang sifatnya sesaat. Fenomena-fenomena baru yang muncul soal munculnya tokoh panutan aneh-aneh berkedok agama, yang menjanjikann kepuasan duniawi, jangan sampai menyeret nahdliyin. Tradisi NU, kiai itu siapa, santri itu yang bagaimana sudah sangat jelas. “Tidak usah terbawa dan ikut hal-hal  aneh. Tiwas dinut (diikuti), jebul narkobanan. Ini harus hati-hati,” lanjut dia.
Arja mengatakan, wafatnya ulama adalah cara Allah mencabut ilmu. Atas hal itu, yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai umat memilih pemuka atau pemimpin-pemimpin yang bodoh (ruusan juhhalan), yang kalau menghukumi bisa sesat dan menyesatkan umat.
Kiai Ubaidullah Shodaqoh dalam sambutannya mengingatkan umat agar tetap mengikuti para ulama yang shalih, sekaligus nguri-uri tradisi yang bagus di masyarakat. Ia bersyukur karena setelah setahun kepergian Kiai Mochammad Djawahir Fadhil, putra putrinya akan meneruskan perjuangannya mendampingi masyarakat, terutama di Desa Tegalsambi.

Minggu, 09 Oktober 2016

Pawai Obor Meriahkan Tahun Baru Islam 1438 H


Jepara - Kegiatan pawai obor memeriahkan pergantian tahun baru Islam 1438 H tahun 2016, dilakukan ratusan pelajar dan warga desa Tegalsambi Tahunan Jepara, Sabtu. 
 Acara pawai obor tersebut terlihat keceriahan warga Tegalsambi dalam menyambut tahun baru. Ini selalu dilakukan di setiap tahunnya. Tua muda hingga anak-anak turun ke jalan untuk mengikuti acara tersebut.
 Dalam pawai itu, masing-masing lembaga maupun RT dari desa Tegalsambi menampilkan keunikan masing-masing dan suasana semakin hidup ketika shalawat bergema disepanjang perjalanan mengelilingi desa Tegalsambi.
 "Kegiatan ini rutin dilakukan namun untuk kali ini kita lakukan dengan meriah," kata Ketua panitia Afyuddin Hafiz. 
 "Kita sebagai umat Islam harusnya merayakan datangnya tahun baru Islam dan isi dengan kegiatan yang positif. Beda dengan tahun baru masehi," katanya Arif (ketua IPNU). Pada tahun baru ini, dia berharap umat Islam dimanapun berada diberikan kebahagiaan yang lebih dibandingkan dengan tahun sebelumnya, imbuhnya.

Minggu, 28 Agustus 2016

Tutup HUT RI Dengan Tari


Jepara - Serangkaian kegiatan lomba memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia digelar Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU/IPPNU) Ranting Desa Tegalsambi Tahunan.
Kegiatan ditutup kemarin malam. Selain pemberian hadiah pada pemenang lomba, acara dikemas dengan pentas kesenian tradisional berupa Tari gunungan dan tari Kipas. Kedua tari ini dipelopori komunitas teater pemuda Tegalsambi dibawah naungan IPNU IPPNU Tegalsambi.
Selain menampilkan tari tradisional, penutupan kegiatan yang dimulai pukul 19:00 ini, juga menampilkan musik akustik. Selain itu, ada pembacaan puisi dari pemenang lomba baca puisi tingkat sekolah dasar. Kegiatan ini dihadiri Kepala Desa Tegalsambi Agus Santoso dan perangkatnya. Hadir juga ketua RT, Badan Perwakilan Desa (BPD), dan ketua Syuriah NU ranting Tegalsambi KH. Amin Suhli.
Agus Santoso mengatakan kegiatan ini merupakan penutup setelah sejumlah kegiatan menyambut HUT RI digelar mulai Rabu (17/8) lalu. Penutupan sengaja dikemas dengan pementasan kesenian tradisional. Tujuannya untuk melestarikan budaya local. Sebelum kegiatan pentas tradisional, sejumlah kegiatan lain yakni Lomba tarik tambang, lomba bakiak, lomba makan krupuk, balap karung , tarik monyet dan baca puisi. Selain itu, juga diadakan kegiatan donor darah.

Sabtu, 27 Agustus 2016

Tradisi Perang Obor Tegalsambi Jepara


Jepara - Di Desa Tegalsambi kecamatan Tahunan kabupaten Jepara ada acara tradisi atau ritual yang saat ini masih di”uri-uri” kelestariannya yaitu perang obor .
Bagi pemerintah daerah Jepara acara tradisi itu dikemas menjadi ajang wisata yang mampu menyedot pengunjung yang cukup banyak.Namun bagi warga desa Tegal Sambi ritual ini sebagai tolak balak dan juga ajang syukuran warga desa sehabis panen padi ,agar tahun-tahun mendatang semua warga masih mendapatkan rejeki dari yang Maha Kuasa.
 Disebut Perang obor karena warga yang mengikuti ritual ini mengadakan perang ( hantam menghantam ) dengan menggunakan obor yang dibuat dari pelepah daun kelapa kering dan juga daun pisang kering. Warga yang mendapat tugas sebagai tentara yang akan berperang merupakan warga pilihan yaitu harus berani dan tidak takut akan api .
 Acara Tradisional Perang Obor tahun ini Dibuka dengan sebuah pementasan Pagelaran Seni dan Budaya berupa Tari Perang Obor dan pementasan Teater yang berkisah tentang "Asal-Usul Perang Obor Tegalsambi". Pementasan tersebut dari generasi muda Tegalsambi yang di wadahi sanggar seni Obor dibawah naungan PR. IPNU IPPNU Tegalsambi. Acara sedekah bumi ditutup dengan acara Pengajian Umum dengan pembicara KH. Mahbub Junaidi.
 

Jumat, 11 Maret 2016

Perkenalan Anggota Baru Melatih Pengembangan Diri dalam Organisasi.

Perkenalan Anggota Baru Melatih Pengembangan Diri dalam Organisasi. 
Jepara - 3 Maret 2016. Pimpinan Ranting IPNU IPPNU Tegalsambi melaksanakan Ta'aruf atau perkenalan angota Baru.
Tujuan acara ini adalah melatih dan menumbuhkan mental pada anggota. Cara berkenalan yang berbeda cenderung meninggalkan kesan yang kuat tentang teman baru.
 Arif Ketua IPNU mengatakan "melalui perkenalan ini mempersiapkan Rekan/ita anggota tetap dalam Organisasi PR. IPNU IPPNU Tegalsambi. Nantinya Rekan/ita yang akan menjalankan ikatan besar. Jadi kami harus memberikan perkenalan pengembangan Organisasi dan kepemimpinan setelah pengenalan Anggota ini" Imbuh Arif.