Social Icons

Kamis, 13 Oktober 2016

Nahdliyin Jangan Mudah Terombang Ambing

Jepara - Nahdlatul Ulama (NU) dinilai sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan yang mengakar dan kuat di masyarakat, melalui ciri khas kultur di berbagai bidang. Namun, ada kekurangan yang mesti menjadi evaluasi, yaitu warga NU terkadang, dalam beberapa hal, masih mudah terombang-ambing.
Hal itu dikemukakan KH Dr M Arja Imroni saat menjadi penceramah dalam pengajian memeringati haul ke-1 KH Mochammad Djawahir Fadhil di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Jepara. Hadir pula dalam pengajian tersebut Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh.
Arja Imroni mengatakan hal itu mengutip pandangan pengamat NU dari Australia National University (ANU) Greg Fealy. Selama dua pekan sebelum berceramah di pengajian itu, Arja memang baru studi banding ke beberapa perguruan tinggi di Australia, salah satunya di ANU dan Greg Fealy memaparkan hal itu. “Kata Greg, NU adalah organisasi yang luar biasa. Sayangnya terkadang warganya mudah terombang-ambing oleh arus kecil. Ini tidak boleh. NU mesti kuat, jamaah maupun jamiyah (organisasi-Red)nya,” kata Arja.
Dosen Universitas Islam (UIN) Walisongo yang juga sekretaris Tanfidziyah PWNU Jateng itu mengatakan, jamaah NU yang mudah terombang ambing itu ada dalam posisi tetap amat mencintai NU, namun kurang memahami betul NU. “Ibaratnya NU ini kolamnya besar. Isinya beragam jenis ikan, ukuran besar mapun kecil. Lalu muncul kelompok tertentu yang membikin kolam-kolam kecil disekitarnya, dan dengan beragam cara berusaha mengambil ikan dari kolam besar milik NU itu. Ini  yang nahdiyin harus waspada,” ungkap Arja Imroni.
Ia mengingatkan agar NU dan warganya tidak mudah terbawa-bawa kepentingan duniawi yang sifatnya sesaat. Fenomena-fenomena baru yang muncul soal munculnya tokoh panutan aneh-aneh berkedok agama, yang menjanjikann kepuasan duniawi, jangan sampai menyeret nahdliyin. Tradisi NU, kiai itu siapa, santri itu yang bagaimana sudah sangat jelas. “Tidak usah terbawa dan ikut hal-hal  aneh. Tiwas dinut (diikuti), jebul narkobanan. Ini harus hati-hati,” lanjut dia.
Arja mengatakan, wafatnya ulama adalah cara Allah mencabut ilmu. Atas hal itu, yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai umat memilih pemuka atau pemimpin-pemimpin yang bodoh (ruusan juhhalan), yang kalau menghukumi bisa sesat dan menyesatkan umat.
Kiai Ubaidullah Shodaqoh dalam sambutannya mengingatkan umat agar tetap mengikuti para ulama yang shalih, sekaligus nguri-uri tradisi yang bagus di masyarakat. Ia bersyukur karena setelah setahun kepergian Kiai Mochammad Djawahir Fadhil, putra putrinya akan meneruskan perjuangannya mendampingi masyarakat, terutama di Desa Tegalsambi.

0 komentar:

Posting Komentar