Jepara - Nahdlatul Ulama (NU) dinilai sebagai organisasi kemasyarakatan
keagamaan yang mengakar dan kuat di masyarakat, melalui ciri khas kultur
di berbagai bidang. Namun, ada kekurangan yang mesti menjadi evaluasi,
yaitu warga NU terkadang, dalam beberapa hal, masih mudah
terombang-ambing.
Hal itu dikemukakan KH Dr M Arja Imroni
saat menjadi penceramah dalam pengajian memeringati haul ke-1 KH
Mochammad Djawahir Fadhil di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Jepara.
Hadir pula dalam pengajian tersebut Rais Syuriah PWNU Jateng KH
Ubaidullah Shodaqoh.
Arja Imroni mengatakan hal itu mengutip
pandangan pengamat NU dari Australia National University (ANU) Greg
Fealy. Selama dua pekan sebelum berceramah di pengajian itu, Arja memang
baru studi banding ke beberapa perguruan tinggi di Australia, salah
satunya di ANU dan Greg Fealy memaparkan hal itu. “Kata Greg, NU adalah
organisasi yang luar biasa. Sayangnya terkadang warganya mudah
terombang-ambing oleh arus kecil. Ini tidak boleh. NU mesti kuat, jamaah maupun jamiyah (organisasi-Red)nya,” kata Arja.
Dosen Universitas Islam (UIN) Walisongo
yang juga sekretaris Tanfidziyah PWNU Jateng itu mengatakan, jamaah NU
yang mudah terombang ambing itu ada dalam posisi tetap amat mencintai
NU, namun kurang memahami betul NU. “Ibaratnya NU ini kolamnya besar.
Isinya beragam jenis ikan, ukuran besar mapun kecil. Lalu muncul
kelompok tertentu yang membikin kolam-kolam kecil disekitarnya, dan
dengan beragam cara berusaha mengambil ikan dari kolam besar milik NU
itu. Ini yang nahdiyin harus waspada,” ungkap Arja Imroni.
Ia mengingatkan agar NU dan warganya
tidak mudah terbawa-bawa kepentingan duniawi yang sifatnya sesaat.
Fenomena-fenomena baru yang muncul soal munculnya tokoh panutan
aneh-aneh berkedok agama, yang menjanjikann kepuasan duniawi, jangan
sampai menyeret nahdliyin. Tradisi NU, kiai itu siapa, santri itu yang
bagaimana sudah sangat jelas. “Tidak usah terbawa dan ikut hal-hal
aneh. Tiwas dinut (diikuti), jebul narkobanan. Ini harus hati-hati,” lanjut dia.
Kiai Ubaidullah Shodaqoh dalam sambutannya mengingatkan umat agar tetap mengikuti para ulama yang shalih, sekaligus nguri-uri tradisi yang bagus di masyarakat. Ia bersyukur karena setelah setahun kepergian Kiai Mochammad Djawahir Fadhil, putra putrinya akan meneruskan perjuangannya mendampingi masyarakat, terutama di Desa Tegalsambi.Arja mengatakan, wafatnya ulama adalah cara Allah mencabut ilmu. Atas hal itu, yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai umat memilih pemuka atau pemimpin-pemimpin yang bodoh (ruusan juhhalan), yang kalau menghukumi bisa sesat dan menyesatkan umat.
0 komentar:
Posting Komentar